Cianjur Jawa Barat, Pemugaran Situs Gunung Padang.

Kendati ada beberapa sudut dan komposisi bebatuan yang cukup unik karena berjajar dan bertumpuk rapi, bahkan ada yang mampu mengeluarkan nada berirama, namun tetap saja, melihat kenyataannya, Situs Gunung Padang hanyalah sebuah fenomena alam belaka.

Bahkan konon katanya, jikalau misterinya terungkap, maka akan merubah pandangan orang terhadap sejarah peradaban manusia temasuk membuka tabir rahasia peradaban masyarakat Sunda.

Kendati dalam perjalanannya, upaya penelitian yang dilakukan oleh Tim Katastropik menuai beragam sikap keberatan hingga penolakan dan protes dari masyarakat Cianjur karena didasari rasa khawatir kegiatan riset akan merusak kawasan cagar budaya tersebut.
Namun suka atau tidak, perkembangan hasil penelitian yang diungkap cukup mengejutkan semua pihak. Tim Arkeologi maupun geologi menemukan berbagai hal “istimewa” di kawasan situs tersebut. Dugaan pun mengarah kepada kemungkinan adanya bangunan peradaban di kawasan tersebut yang telah tertimbun selama ribuan tahun.

“Ada tiga opsi yang ada di dalam tanah ini, pertama ada bangunan yang telah runtuh sehingga hanya menyisakan punden bebatuan, ruang kosong atau hanya memang berisi tanah belaka,” tutur Nanang dalam suatu kesempatan di lokasi situs.
Kemungkinan adanya bangunan di dalam tanah saat ini menjadi kemungkinan yang paling mungkin, apalagi kalau dikaitkan dengan penuturan masyarakat sekitar yang mengaku pernah melihat sebuah lorong masuk ke dalam tanah di kawasan situs tersebut.

Dadi yang kini bertugas sebagai juru kunci situs tersebut bahkan masih ingat betul posisi lorong tersebut hingga saat ini. “Posisinya di sebelah timur sejajar dengan teras pertama. Namun waktu itu saya tidak terlalu jauh masuk ke dalam karena keburu dilarang bapak saya. Katanya pantangan masuk ke sana,” ungkapnya.
Kisah sang juru kunci itu pun kemudian menjadi bahan tim peneliti untuk mulai menguak tabir misteri situs. Uji geolistrik dan georadar 3D dari atas teras pertama menemukan anomali berupa indikasi gerbang setinggi 19 meter menuju sebuah kamar (chamber). Obyek itu pun menjadi fokus eskavasi yang dilakukan Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang.

“Kuat dugaan memang di sini pernah ada bangunan, namun bentuknya seperti apa, apakah seperti piramida atau seperti bangunan di jaman batu membutuhkan rekonstruksi yang total,” ungkap Ketua Tim Terpadu Penelitian Mandiri Gunung Padang, Deni Hilman Nata Wijaya.
Sementara di lain pihak, pemerintah setempat cenderung bersikap apatis meskipun secara tersurat memberikan dukungan atas kegiatan penelitian, kendati dalam perjalanannya terkadang terjadi beda keinginan, salahsatunya terkait rencana pembebasan lahan yang diinginkan tim peneliti.
“Tidak akan ada pembebasan lahan. Masyarakat setempat harus tetap berada di sana bahkan pada saatnya nanti harus turut dilibatkan dan diberdayakan,” tegas Bupati Cianjur, Tjetjep Muchtar Soleh.
Akhirnya, semua itu kembali kepada apa yang sebenarnya dicari dari Situs Gunung padang tersebut. Berbagai pendapat, spekualasi, mitos dan praduga-praduga serta hipotesa-hipotesa yang saat ini terus bergulir menjadi kontroversi apakah pada akhirnya nanti akan bermuara pada pemugaran kawasan tersebut.
Kalaupun memang demikian, maka sangat berat untuk melakukannya mengingat kawasan tersebut sudah membentuk bukit bebatuan yang padat. Lagipula, kalau pun toh upaya penelitian itu akan bermuara kepada pemugaran, selain membutuhkan waktu yang cukup panjang, dana yang harus disediakan pun akan sangat fantastis, bahkan kas negara sekali pun belum tentu mau dan mampu membiayainya.
“Untuk memugar situs ini tidak bisa mengandalkan APBN apalagi APBD, perlu bantuan dari luar negeri. Waktu yang dibutuhkannya pun cukup panjang, sekitar 10 hingga 20 tahun,” ungkap Dr. Ali Akbar, Arkeolog dari UI di lokasi situs belum lama ini.
Dengan melihat kenyataan itu, sejumlah pihak pun menjadi pesimis bahkan mulai memertanyakan destinasi dari proses penelitian tersebut. Apakah memang sebuah proses awal untuk mengungkap warisan purbakala bangsa ini? Atau sekedar kegiatan menghabiskan anggaran lembaga belaka sehingga pada saatnya nanti Situs Gunung padang ini akan ditinggalkan begitu saja setelah ada tempat lain yang lebih “misterius”